India - Maskapai India Akasa Air memesan 150 unit Boeing 737 tak lama usai insiden jendela pesawat Boeing 737 Max 9 milik Alaska Airlines lepas beberapa waktu lalu
Langkah maskapai baru India itu dinilai cukup berani. Perusahaan mengumumkan pembelian pesat itu pada pameran udara Wings India pada Kamis (18/1) kemarin.
Namun, Akasa Air hanya membeli pesawat 737 Max 10 dan Max 8-200 yang akan dikirim hingga 2032. Dengan kata lain, pesanan tak mencakup versi 737 Max 9 yang menjadi sorotan pasca insiden Alaska Airlines.
"Kami merasa sangat yakin dengan jenis pesawat yang kami miliki, bahkan melihat komitmen Boeing terhadap cara mereka menangani masalah ini," kata Kepala Bagian Hukum, Peraturan dan Hubungan Strategis Akasa Air Priya Mehra seperti dikutip dari Reuters.
Mehra mengatakan maskapai tersebut tidak ingin melakukan diversifikasi armadanya. Saat ini maskapai ini mengoperasikan 22 pesawat dan akan menerima pengiriman total 204 pesawat hingga 2032 mendatang.
Kendati, ia tak membocorkan lebih lanjut kesepakatan antara Boeing dengan Akasa Air.
Saat ini India menjadi pasar penerbangan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Permintaan penerbangan di negara itu jauh lebih tinggi dari ketersediaan pesawat.
Menteri Penerbangan Sipil Jyotiraditya Scindia memperkirakan jumlah armada di negaranya akan meningkat dari 700 menjadi 2.000 unit pada dekade berikutnya.
IndiGo, Air India, dan Akasa Air memiliki pesanan lebih dari 1.500 pesawat yang tertunda. Kesepakatan yang diumumkan tahun lalu itu diketahui bernilai miliaran dolar AS.
Sejak mulai terbang pada 2022, Akasa Air telah mengumpulkan pangsa pasar sebesar 4 persen. Sementara saingannya, yakni IndiGo (INGL.NS) memiliki pangsa terbesar, yaitu 60 persen. Sedangkan, maskapai Tata Group memiliki gabungan 26 persen.
Akasa Air sendiri berencana terbang ke Arab Saudi, Kuwait dan Qatar pada fase pertama ekspansi internasionalnya.
Pesawat Alaska Airlines yang membawa 174 penumpang dan enam awak penerbangan melakukan pendaratan darurat di usai panel jendela pesawat pecah di udara, tak lama setelah lepas landas dari Portland, Negara Bagian Oregon, Amerika Serikat (AS).
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS pun melakukan investigasi atas insiden yang terjadi di pesawat Boeing 737-9 Max maskapai Alaska Airlines tersebut.
Selain itu, Kantor Penerbangan Federal AS (FAA) pada Sabtu (6/1) memutuskan untuk melarang terbang (grounding) pesawat terkait dulu sementara waktu.
Mengutip Reuters, Administrator FAA Mike Whitaker mengatakan badan tersebut memerlukan pemeriksaan segera terhadap pesawat-pesawat terkait sebelum mereka dapat kembali terbang.
Imbasnya, perintah tersebut mempengaruhi setidaknya terhadap 171 pesawat sejenis di seluruh dunia. Petunjuk kelaikan udara darurat akan mewajibkan operator untuk memeriksa pesawat sebelum penerbangan selanjutnya yang tidak memenuhi siklus inspeksi.
Whitaker mengatakan inspeksi yang diperlukan akan memakan waktu sekitar empat hingga delapan jam per pesawat.
Sementara itu, perusahaan penerbangan Boeing menyatakan pihaknya mendukung tindakan inspeksi terhadap pesawat-pesawat jenis tersebut.