MEDAN - Seketika warga Jalan Pendowo, Saentis, Percut Seituan dihebohkan dengan aksi penganiayaan yang dilakukan seorang anak, FA terhadap ibunya Siti Nurbaya Siregar (75). Ironisnya, pelaku juga tega mengancam ibunya dengan cangkol.
FA yang diketahui berprofesi sebagai seorang dosen tiba-tiba emosi karena pickup yang membawa pasir pesanannya dilarang masuk oleh korban.
"Kejadiannya sudah 3 hari, pasir mau dimasukkannya tapi saya larang. Jadi pas ketiga kalinya itu saya bilang sama tukang pasir jangan dimasukkan pasirnya. Saya tidak tahu dia (terlapor) ada dibelakang. Langsung dia menyenggak saya. Cuma lama-lama merasa tidak puas, saya ditemparnya selop. Kurang puas lihat saya, memang begitu dia, dipitingnya saya mau dibunuhnya, lalu diambilnya lagi sekop," ujar Siti Nurbaya dengan mata berkaca-kaca kepada wartawan, Selasa (22/10/2024).
Siti menjelaskan bahwa ia melarang pickup yang membawa pasir karena kesal melihat kelakuan FA yang menahan surat tanah warisan milik suaminya.
"Terpaksa saya halangin dia memasukkan pasir supaya dia mengembalikan surat tanah tersebut. Lalu nanti dibagilah Dipegangnya sudah lama, sudah sampai 5 tahun. Gak mau dipulangkannya, dia gak mau memulangkan karena dia yang mau membagi. Dia gak perduli saya masih hidup," terangnya meneteskan air mata.
Ironisnya saat kejadian, FA yang emosi sempat mengancamnya dengan sekop yang diarahkan ke kepala korban. Namun adik terlapor langsung menjerit hingga tidak terjadi.
"Sekop mau dipukulkan ke kepala saya, dan adiknya pakai baju putih menjerit-jerit minta tolong. Makanya tangan saya ini luka karena menahan mobil pasir itu. Disitulah saya dicekek-cekeknya (dipiting) tapi saya diam aja. Tidak saya lawan," terang sambil menunjukkan video rekaman kejadian.
Lalu Siti menjelaskan bahwa tanah tersebut adalah milik dan atas nama suaminya. Tanah tersebut berukuran 16M X 37M dan sudah dibagi-bagi.
"Surat itu atas nama bapak karena belum dipecah suratnya. Harapan saya surat tanah itu bisa kembali ke saya lagi. Sudah 5 tahun gak ada tanggapannya. Sepertinya dia tidak punya orangtua kan? Merasa dia itu lebih hebat dari saya. Dia sering membentak dan memaki saya. Gara-gara sepele saja mau memakai. Durhakalah dia karena melawan," ucapnya mengakhiri.
Namun sayang, ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Jama Kita Purba belum membalas konfirmasi wartawan.
Dilokasi terpisah, ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya, FA membantah ucapan ibunya. Ia mengatakan bahwa saat kejadian ibunya menganiayanya.
"Saya mau dibunuh mamakku, disiram pasir mataku hingga mau buta. Nah jadi aku bukan menganiaya, aku menggeser mamakku supaya jangan memegang pasir," katanya.
FA juga menjelaskan bahwa ia sudah mengingatkan ibunya untuk tidak melapor ke Polrestabes Medan.
"Nanti dalam mereka kubikin, karena mereka mencuri rumah adekku yang sudah meninggal. Itu urusan pribadinya, urusan rumah tangga. Makanya dari kemarin aku tidak mau menaikkan itu. Masalahnya bukan masalahku itu, itu antara adek dan mamakku," terangnya. (Rom)